Menurut Hanif Dhakiri, mantan Menteri Ketenagakerjaan, pada tahun 2017, terdapat data dimana angkatan kerja baru rata-rata mencapai 2 juta pertahun. Dari 2 juta ini terdapat problem utama, yaitu mismatch, dimana hanya 37% lulusan yang bekerja sesuai bidang ilmunya, sedangkan sisanya sebanyak 63% bekerja tidak sesuai bidang ilmunya. Hal ini terjadi karena keterbatasan lapangan pekerjaan dan ketertarikan calon tenaga kerja untuk bekerja di bidang ilmu lain.
Oleh karena itu maka pada tahun 2020, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang bertujuan untuk menjembatani adanya mismatch antara lulusan mahasiswa di perguruan tinggi dengan dunia usaha maupun industri, dan mempersiapkan mahasiswa untuk siap terjun di dunia kerja sejak dini.
Salah satu program MBKM tersebut adalah Kampus Mengajar, dimana mahasiswa diberikan kebebasan untuk mengambil mata kuliah di luar program studi dengan memberikan kontribusi nyata dengan mengajarkan literasi dan numerasi pada satuan pendidikan setingkat SD maupun SMP di daerah tertinggal atau sekolah berkategori C. Berdasarkan arahan dari Nadiem Makariem, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, mahasiswa yang dapat mengikuti program ini tidak terbatas hanya untuk mahasiswa kependidikan saja, namun diperuntukkan bagi mahasiswa di semua program studi, karena ilmu dan pengalaman yang diperoleh tidak hanya mengenai pendidikan, namun juga kolaborasi, problem solving, kreativitas, serta kemampuan berkomunikasi, dimana softskill tersebut sangat dibutuhkan di dunia kerja.
Sosialisasi Kampus Mengajar 4 dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 Mei 2022 dengan narasumber yaitu Indah Arvianti, S.S., M.Hum sebagai Koordinator Kampus Mengajar Perguruan Tinggi, Didit Kurniadi, S.Pd., M.Hum sebagai Dosen Pendamping Lapangan Kampus Mengajar 3, alumni Kampus Mengajar 2, yaitu Priska Natalia, Grace Julia Agata Banjarnahor, serta Yossiandry Mikha. Sosialisasi diawali dengan arahan dari rektor, Dr. Tri Purwani, S.E., M.M, yang memberikan motivasi bahwa dengan mengikuti program ini, mahasiswa akan mendapatkan triple benefit, yaitu mendapatkan ilmu, pengalaman, dan uang saku. Selain itu kurikulum semua program studi di Universitas AKI telah mengakomodir program Kampus Mengajar sehingga tidak akan menghambat proses belajar mengajar di Unaki.
Indah Arvianti, S.S., M.Hum memberikan sosialisasi berupa penjelasan mengenai tujuan dari program Kampus Mengajar, serta arahan mengenai cara untuk mengikuti program. Sedangkan Didit Kurniadi, S.Pd., M.Hum menceritakan pengalaman beliau ketika mendampingi mahasiswa ketika terjun di lapangan pada program Kampus Mengajar 3. Sosialisasi juga mengundang alumni Kampus Mengajar 2, yaitu Grace dan Yossy mahasiswa prodi Psikologi, dan Priska, mahasiswa Sastra Inggris yang sharing mengenai pengalaman mereka selama mengikuti program. Banyak suka duka dan pengalaman berharga yang mereka hadapi dalam mengikuti program, dimana soft skill mereka teruji, karena harus bisa berkolaborasi dan berkomunikasi yang baik dengan pihak sekolah, siswa, dan tim peserta program dari universitas lain, harus bisa memecahkan masalah dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi siswa, harus mampu beradaptasi dengan siswa maupun masyarakat sekitar sekolah dimana mahasiswa ditempatkan, serta mampu berkreativitas dalam memberikan ilmu agar pelajaran mudah diterima oleh siswa. Mereka juga berperan menjadi “Agen Perubahan”, karena siswa yang awalnya takut dan malu untuk berbicara, dilatih untuk memiliki rasa percaya diri dengan berani bercerita, bertanya, dan maju ke depan kelas sehingga memberikan manfaat terhadap perubahan karakter siswa. Selain itu, siswa yang awalnya malas belajar, menjadi terinspirasi untuk melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang Perguruan Tinggi seperti kakak-kakak mahasiswa tersebut.
Diharapkan dengan sosialisasi ini, akan menghasilkan lulusan yang berkualitas tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan saja, namun juga menguasai kompetensi nonteknis (softskills) dan teknis (hardskills), peningkatan kompetensi lulusan yang siap kerja, link and match antara lulusan dan dunia kerja, dan kompetensi lulusan yang memenuhi kebutuhan pasar.