AKI Career Center mengadakan kuliah umum berupa Alumni Sharing pada hari Kamis, 28 November 2024 di Hall kampus. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa semester 5 dan 7. Peserta mahasiswa mendapatkan e-sertifikat dan berbagai macam doorprize. Hadir pada kegiatan ini Koordinator Kemahasiswaan yang mewakili Rektor yaitu Bapak M, Fajarianditya. M.Kom. yang memberikan sambutan sekaligus membuka kegaitan ini. Sebagai MC sekaligus moderator kegiatan ini yaitu Mahasiswa Fakultas Psikologi, Zhilal Algeiba.
Pada era digital yang semakin maju, persaingan di dunia kerja menjadi semakin sengit. Teknologi kecerdasan buatan (AI) telah menjadi kekuatan yang tak bisa diabaikan, membuka peluang baru namun juga menantang berbagai sektor industri dan profesi yang sebelumnya stabil. Dalam konteks ini, alumni FEB Unaki yang bekerja sebagai B2B & Partnership Manager RG, Dian Fatmawati, S.E. berbagi pandangan dan strateginya untuk tetap relevan di dunia kerja yang terus berkembang pesat.
Dian Fatmawati, seorang profesional yang berpengalaman dalam berbagai bidang teknologi dan manajemen digital, memulai dengan menyampaikan tantangan terbesar yang dihadapi oleh banyak pekerja saat ini: adaptasi terhadap perkembangan teknologi AI. Di satu sisi, AI membuka peluang efisiensi yang luar biasa di banyak sektor, namun di sisi lain, ia juga mengancam kelangsungan pekerjaan manusia dalam beberapa bidang. “Banyak pekerjaan rutin yang sebelumnya dikerjakan oleh manusia kini mulai digantikan oleh AI,” jelas Dian. “Namun, AI tidak bisa menggantikan kreativitas, keterampilan interpersonal, dan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh manusia. Di sinilah peran kita sebagai pekerja harus lebih diperhatikan.”
Menurut Dian, untuk bisa bertahan dan berkembang di dunia kerja yang semakin terotomatisasi, ada beberapa strategi yang perlu diterapkan oleh para profesional muda. Pertama, Dian menekankan pentingnya peningkatan keterampilan teknologi. “Tidak hanya mengenal teknologi AI, tetapi juga memahami bagaimana memanfaatkannya dalam pekerjaan kita. Kita harus belajar bagaimana bekerja berdampingan dengan teknologi, bukan melawan atau takut kepadanya,” ujar Dian. Pekerja yang menguasai keterampilan teknis, seperti pemrograman, analisis data, dan pengelolaan sistem AI, akan memiliki keunggulan kompetitif di pasar kerja.
Selain itu, Dian mengingatkan bahwa keterampilan non-teknis seperti komunikasi, kepemimpinan, empati, dan kreativitas juga harus tetap dijaga dan ditingkatkan. Keterampilan ini adalah kemampuan yang sulit digantikan oleh AI. “Pekerjaan yang memerlukan interaksi dengan orang lain, kemampuan untuk memahami dan merespons perasaan, serta berpikir secara kreatif akan tetap memiliki nilai tinggi,” jelasnya. Hal ini menunjukkan bahwa profesi yang berbasis pada keterampilan interpersonal akan tetap memiliki permintaan tinggi, meski dunia kerja semakin dipenuhi oleh teknologi. Dian juga menekankan pentingnya kemampuan adaptasi dalam dunia kerja yang terus berubah. “Belajar untuk terus menyesuaikan diri dengan perubahan, serta memiliki sikap positif terhadap inovasi dan kemajuan teknologi, sangat penting. Jangan takut untuk mencoba hal baru dan mengeksplorasi peluang yang ada,” tutur Dian. Selain itu, memiliki pola pikir global juga menjadi faktor penting di dunia kerja yang semakin terhubung. Kemampuan untuk bekerja secara lintas budaya dan memahami perspektif global akan membuka peluang lebih besar.
Dalam dunia yang semakin dipengaruhi oleh AI, strategi untuk bertahan hidup di dunia kerja tidak hanya bergantung pada keterampilan teknis semata. Kombinasi keterampilan teknologi, kemampuan beradaptasi, kreativitas, dan kemampuan interpersonal adalah kunci untuk menghadapinya. Seperti yang disampaikan oleh Dian Fatmawati, S.E. dengan strategi yang tepat dan semangat untuk terus belajar, kita bisa tetap relevan dan menjadi pemenang dalam dunia kerja yang semakin kompetitif ini.