Tanggal 25 Nopember, Himpunan Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra Unaki berkumpul di Hall. Beberapa mahasiswa sibuk menata bunga. Dua orang mahasiswa cantik jelita berlatih pembagian suara. Satu orang mahasiswa berkacamata menundukkan kepala, kemudian mendongak, mencoba menghafalkan sebuah puisi.
Semangat Ki Hajar Dewantoro
Kurang lebih tujuh puluh tahun yang lalu Ki Hajar Dewantoro, bapak pendidikan nasional, mengajak masyarakat sekitar untuk duduk di bawah pohon. Di tempat tersebut beliau mengajarkan menulis dan membaca. Beliau ingin rakyat Indonesia setara dengan bangsa-bangsa lain. Kesetaraan tersebut hanya dapat dicapai dengan pendidikan. Lambat laun kegiatan tersebut diikuti oleh banyak orang. Rakyat merasakan manfaat yang nyata pendidikan. Rakyat bisa membaca dan menulis, dan karena itu, rakyat tidak bisa lagi dibodohi oleh bangsa-bangsa lain.
Beberapa daerah meniru kegiatan yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantoro. Cerdik pandai mengajarkan rakyat yang belum berpendidikan. Gerakan tersebut meluas ke penjuru Indonesia dan pada akhirnya mampu mencetak generasi penerus yang unggul.
Salah satu resep keberhasilan tersebut adalah prinsip pendidikan yang dicetuskan oleh bapak pendidikan kita yakni Ing Ngarso Sun Tulodho (jika di depan memberi contoh), Ing Madyo Mangun Karso (jika di tengah memotivasi), dan Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan). Prinsip itu pula yang selama ini dipegang oleh segenap civitas akademika Unaki. Dosen membantu mahasiswa untuk mencapai potensi terbaik mereka, sebaliknya, mahasiswa juga menghormati dosen di dalam dan di luar kampus.
Prinsip tersebut yang mendorong Himpunan Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra untuk memberikan persembahan untuk segenap ‘guru’ yang ada di lingkungan Unaki. Setelah berkonsultasi dengan dekan, maka terwujudlah persembahan hari guru dengan tema: Bunga untuk Pahlawan.
Puisi, Lagu, dan Bunga untuk Pahlawan
‘Rombongan’ mahasiswa memulai perjalanannya di ruang dosen Fakultas Bahasa dan Sastra. Elisabeth, mahasiswa semester satu, membaca puisi untuk menghargai ilmu yang telah diberikan dosen kepadanya. Kemudian duet maut, Novi Diana dan Janet Maniani, menyanyikan lagu yang sangat merdu, membawa pesan terimakasih yang setinggi-tingginya. Setelah itu beberapa mahasiswa memberikan bunga dengan kata-kata mutiara yang menempel di tangkainya.
Setelah itu rombongan mahasiswa meneruskan perjalanan ke Fakultas Ilmu Komputer. Beberapa dosen terkejut dengan kedatangan mereka. Setelah penjelasan singkat, dosen-dosen menikmati ucapan penghargaan dan juga lagu yang dipersembahkan bagi mereka. Beberapa dosen bahkan mengabadikan peristiwa tersebut dengan kamera pintar mereka.
Setelah itu mereka naik ke lantai dua dan menemui rektorat. Semua staf dan pimpinan rektorat menerima mereka dengan baik. Bahkan setelah persembahan selesai, Ibu Rektor dan segenap wakilnya mengajak untuk ber-selfie. Himpunan Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra memperlihatkan pose terbaik mereka. Bangga bisa berfoto dengan Ibu Rektor tercinta.
Fakultas Ekonomi, Fakultas Psikologi, dan bagian tata usaha juga disambangi oleh rombongan mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra. Selain mempersembahkan lagu dan bunga bagi dosen di masing-masing ruang dosen, mahasiswa juga masuk ke tiap-tiap kelas. Mereka sangat mengapresiasi usaha mahasiswa untuk menghargai jasa-jasa guru. Mereka berpesan agar terus semangat dalam belajar dan pantang menyerah.
Setelah selesai menyambangi semua tenaga pengajar dan karyawan Unaki, mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra melaporkan hasil kegiatan. Indah Arvianti, S.S., M.Hum. selaku dekan tersenyum bangga. Gurat di bibir mengisyaratkan rasa terimakasihnya kepada mahasiswa. Jika ada orang yang paling berbahagia di dunia maka dia adalah ‘guru’ di Unaki; karena telah berhasil mendidik mahasiswanya menjadi manusia yang menghargai pahlawan tanpa tanda jasa. Bukankan begitu?