Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79, Universitas AKI (UNAKI) menggelar serangkaian lomba yang diikuti oleh Dosen dan Tenaga Kependidikan. Acara ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi serta menumbuhkan semangat nasionalisme di lingkungan kampus. Selain menjadi sarana refreshing, kegiatan ini diharapkan mampu memperkuat nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan antar civitas akademika. Kehadiran lomba-lomba khas 17-an ini menambah semarak dan memberikan momen kebersamaan yang tak terlupakan bagi seluruh peserta.
Suasana sejak pagi hari di kampus Universitas AKI sudah terasa hangat dan meriah. Peserta mulai berdatangan dengan semangat, mengenakan pakaian yang nyaman untuk mengikuti berbagai perlombaan. Masing-masing tim telah mempersiapkan diri dengan baik, bahkan beberapa peserta terlihat berlatih bersama sebelumnya. Senyum ceria dan tawa riang menjadi pemandangan yang mendominasi di area perlombaan.
Acara tersebut dipenuhi oleh berbagai lomba unik yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menguji kerjasama dan kreativitas para peserta. Lomba pertama yang diadakan adalah Aroma Surga, di mana peserta harus memindahkan dua gelas plastik yang ditempel berlawanan arah menggunakan balon yang ditiup oleh peserta sampai garis finish. Lomba ini sukses mengundang gelak tawa dari penonton dan peserta, terutama ketika balon tidak sengaja terlepas dan menyebabkan gelas jatuh. Tantangan dalam lomba ini memang terletak pada keseimbangan dan keselarasan gerak antar anggota tim. Keseruan terus berlanjut dengan Lomba Maju Mundur Cantik, di mana peserta bergerak sesuai instruksi atau musik, menguji keseimbangan dan kekompakan. Meskipun terlihat sederhana, namun kenyataannya lomba ini membutuhkan koordinasi yang kuat antar anggota tim. Banyak peserta yang tampak kebingungan ketika harus bergerak mundur sambil menjaga keindahan gerakan.
Selanjutnya, ada Lomba Si Kabayan yang merupakan lomba estafet sarung. Di lomba ini, setiap peserta harus bergantian memakai sarung dan berlari ke pos berikutnya. Kecepatan dan kecekatan dalam memakai sarung menjadi faktor penentu kemenangan. Tingkah lucu para peserta yang kesulitan memakai sarung dengan cepat menjadi hiburan tersendiri. Gelak tawa penonton semakin pecah ketika ada peserta yang kesulitan berlari karena sarungnya longgar atau malah terlepas.
Tidak kalah menarik, Lomba Intip dan Dimasukkan menguji ketelitian dan pengaturan arah gerak peserta. Dalam lomba ini, peserta menggunakan corong yang menutupi wajah untuk mencari botol dan memasukkan bolpoin ke dalamnya. Tantangan utama lomba ini adalah keterbatasan penglihatan, sehingga banyak peserta yang tampak salah arah atau bahkan kesulitan menemukan botol. Namun, justru itulah yang membuat lomba ini menjadi semakin seru dan menghibur. Melihat para peserta berusaha keras memasukkan bolpoin dengan pandangan yang terbatas berhasil mengundang tawa dari para penonton dan peserta lainnya.
Tidak berhenti di situ, lomba selanjutnya adalah Lomba Teletubis (Berpelukan). Di lomba ini, setiap kelompok harus berjalan di atas kardus sambil berpelukan hingga mencapai garis finish. Koordinasi gerak dan keharmonisan antar anggota kelompok menjadi kunci keberhasilan. Lomba ini menjadi salah satu yang paling ramai dengan sorak-sorai dari penonton, karena tidak sedikit peserta yang terjatuh atau kardus yang rusak di tengah jalan. Kebersamaan dan kerjasama antar peserta benar-benar diuji dalam lomba ini.
Lomba Pandangan Pertama juga tak kalah menarik. Peserta harus estafet memindahkan bola kecil menggunakan gelas Aqua yang diikat di kepala. Fokus dan ketelitian menjadi kunci utama dalam menyelesaikan tantangan ini. Para peserta terlihat berusaha keras menjaga keseimbangan gelas di kepala mereka sambil bergerak dengan hati-hati. Momen-momen di mana bola jatuh dari gelas selalu menjadi momen yang mengundang tawa dari penonton dan rasa frustrasi yang lucu dari peserta.
Tidak hanya itu, ada juga Lomba Memasukkan Biskuit ke Mulut yang penuh tantangan. Peserta harus memindahkan biskuit yang diletakkan di dahi menuju mulut tanpa bantuan tangan. Lomba ini memerlukan kesabaran dan keterampilan dalam mengendalikan gerak kepala. Tawa dan sorakan terdengar setiap kali ada peserta yang gagal memindahkan biskuit karena terjatuh di tengah jalan. Meski terlihat mudah, kenyataannya banyak peserta yang membutuhkan waktu cukup lama untuk menyelesaikan tantangan ini.
Lomba berikutnya adalah Lomba Sakit Hati, yang menguji mental dan kecepatan peserta dalam mempertahankan balon dari upaya lawan yang berusaha memecahkannya dengan cara menginjak. Di sinilah strategi dan kelincahan peserta diuji, karena mereka harus mampu melindungi balon mereka sambil mencoba memecahkan balon lawan. Momen-momen adu cepat ini selalu disambut dengan teriakan semangat dari penonton.
Salah satu lomba yang paling seru dan mengundang tawa adalah Lomba Dangdut Bergoyang. Dalam lomba ini, kelompok peserta harus mempertahankan balon di antara tubuh sambil bergoyang mengikuti irama musik dangdut. Mereka harus tetap seimbang dan kompak sampai musik berhenti. Penampilan goyangan para peserta yang beragam menjadi hiburan tersendiri bagi penonton. Kreativitas dan kekompakan menjadi kunci untuk memenangkan lomba ini.
Sebagai penutup, Lomba Makan Teman menjadi sorotan dengan tantangan memakan kerupuk yang digantung di posisi sulit. Kecepatan dan teknik peserta dalam menyelesaikan tantangan ini menjadi fokus utama. Posisi kerupuk yang digantung tinggi atau terlalu jauh dari mulut peserta menjadi tantangan tersendiri. Tidak jarang terlihat aksi kocak dari peserta yang berusaha meraih kerupuk dengan gaya-gaya unik.
Kebersamaan dan keceriaan sangat terasa sepanjang perlombaan. Fania Puspa, Staf BAAK Universitas AKI, mengungkapkan bahwa lomba Aroma Surga sangat seru dan penuh tawa, terutama ketika harus bekerjasama memindahkan gelas dengan balon. Sementara itu, Bapak Rifqi, Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis, mengaku bahwa Lomba Maju Mundur Cantik menuntut koordinasi tim yang luar biasa. Meski terlihat sederhana, tantangannya cukup menantang dan menciptakan suasana yang akrab dan menyenangkan. Ibu Lucy Hariadi, Dosen Fakultas Psikologi, juga merasa sangat terhibur dengan Lomba Intip dan Dimasukkan. Melihat teman-teman berusaha memasukkan bolpoin ke dalam botol dengan pandangan terbatas menjadi pengalaman yang sangat menggelitik dan tak terlupakan.
Acara ini bukan hanya tentang keseruan dan kompetisi, tetapi juga memperkuat hubungan antar sesama dosen dan tenaga kependidikan di UNAKI. Semangat gotong royong dan rasa kebersamaan yang terjalin selama perlombaan mencerminkan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pahlawan bangsa. Setelah seluruh rangkaian lomba selesai, acara ditutup dengan sesi foto bersama yang penuh kehangatan, dilanjutkan dengan penyerahan hadiah bagi para pemenang. Senyum puas dan bahagia terpancar dari wajah semua yang hadir. Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-79! Mari kita terus merayakan kemerdekaan ini dengan semangat kebersamaan dan persatuan. Merdeka!